Ini memang bukan berita baik, tapi aku tetap merasa berutang pada Raymond. Sebuah pepatah Rusia mengatakan, “Bersama kita bisa mengatasi badai.” Penulis Swiss-Jerman Hermann Hesse mengusulkan, “Jangan melayani perang dan kehancuran, tapi melayani perdamaian dan rekonsiliasi.” Sebuah pepatah Jerman berbunyi, “Usaha individu adalah tambahan; usaha tim adalah penggandaan.” Sebuah pepatah Afrika mengatakan, “Satu pilar saja tidak cukup untuk membangun sebuah rumah.” Ada pepatah Arab yang mengatakan, “Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri; jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama.” Penyair Meksiko Alfonso Reyes menulis, “Satu-satunya cara untuk menjadi nasional yang bermanfaat adalah dengan bersikap universal.” Pepatah Indonesia mengatakan, “Tebu dan serai tumbuh bergerombol lebat.” Sebuah pepatah Mongolia menyimpulkan, “Tetangga mempunyai hati yang terhubung dan berbagi nasib yang sama.” Semua narasi di atas mencerminkan esensi budaya dan intelektual dunia yang mendalam. Saya tahu ratusan ribu pekerja yang terikat oleh kereta api, tram, mobil, kapal laut dan udara, pos, telepon, telegram dan radio.
Saya tahu adanya tambang minyak di Tarakan dan Balikpapan, batu arang di Malaka, Sawah Lunto, Bukit Assam dsb, tambang timah di Bangka dan Belitung. Minyak di Sumatra, Kalimantan, Irian sudah begitu kesohor di seluruh dunia, tak perlu dibicarakan lebih panjang lagi. Satu sama lain bertentangan, tak boleh dipadu. Demikianlah “jembatan keledai’’ AFIAGUMMI ini saja boleh jadi meminta seperempat atau setengah brosure kalau dituliskan. Dalam ekonomi, politik, muslihat perang, science dan sebagainya saya ada menyimpan “jembatan keledai. Kebutuhan akan informasi terkini memang sangat diperlukan, terutama topik serius seperti politik, ekonomi, maupun kesehatan. Perkataan ini memang cukup tangkas dan selalu dipakai dalam kalangan Marxisten tetapi nama ini lahir di dunia barat di antara Marxisten di masa kebanyakan logika, buat menentang sikap yang terlampau banyak mengutamakan logika. Walaupun saya mau merubah, saya tiada berdaya, karena bermacam-macam buku buat bahan dari bahagian pertama itu, memang tiada bisa didapatkan. Tetapi kalau Madilog masih kekurangan bentuk, saya pikir dia tidak kekurangan sifat.
Buat Timur umumnya dan Indonesia khususnya, yang sampai pada saat saya menulis kitab ini, masih gelap gulita, diselimuti macam-macam ilmu kegaiban, maka logika itu masih barang baru, hangat perlu diketahui dan dipahamkan bersama-sama dengan dialektika dan materialisme. Saya mesti menunggu sampai perang selesai, baru bisa didapatkan beberapa buku itu … Walaupun dalam bagian badan kita, otak kita itu adalah barang yang perlu dan penting, hati, jantung, usus, dsb juga penting, tetapi kalau tak-bertulang belakang kita tak bisa berdiri. Hitungan yang kita mesti jalankan, pengalaman, experimenten, dalam ilmu alam dan ilmu pisah yang sang guru lakukan di depan kita, semuanya mengandung logika. Atau cocok dengan filsafatnya Gautama Budha, katakanlah bahwa benda itu adalah satu rantai, satu karma yang merantai hidup kita, hidup sengsara ini. Tetapi kalau kita mengaji lebih dalam, kalau kita mengaji ada atau tak-adanya barang, mengaji seluk-beluk, asal dan akibatnya sesuatu barang, tegasnya kalau kita tenggelam dalam ombak gelora filsafat, ke dalam persoalan yang berhubungan dengan alam, masyarakat politik, yang hilang atau timbul, bergerak dan berhenti, pada waktu yang singkat atau lama, pada perkara yang berseluk-beluk, maka kita tiada bisa sampai ke ujung dengan perkakas logika semata-mata.
Si-ekonomis dan ahli politik, sebentar boleh memakai Logika, dalam menyelidiki beberapa perkara dalam golongan proletar atau kapitalis, tetapi dalam filsafat masyarakat sekarang, masyarakat kapitalisme, dia tidak boleh melupakan kedua kutub, kaum modal dikutub utara, kaum buruh di kutub selatan. Boleh jadi kepala kita sedang pusing atau bukti belum semuanya terkumpul atau akhirnya kita salah memakai cara tadi. Tetapi barang yang lama itu tentu boleh jadi rusak. Masing-masing tentu mempunyai cerita sendiri dan A huruf pertama itu bisa membawa “jembatan keledai’’ yang lain seperti ALS, ialah susunan huruf pada perkataan (A)ir (udara), (L)and (darat) dan (S)ea (laut) forces (tentara). Sesudah dibandingkan perkara Armament diantara kedua negeri itu, maka harus diuji perkara yang kedua, yakni Finance, terpotong oleh huruf “F’’. Di antara ahli pikir borjuis barat ada yang menyanggah nama dialektika materialisme dan memajukan kritis-materialisme, ialah logisch-materialisme, tetapi nama ini sama sekali melenyapkan dialektika, jadi bertentangan dengan Madilog. A huruf yang pertama mengandung perkataan Inggris, ialah (A)rmament.